DOKTERUNGGAS.COM – Pemberian antibiotik pada ternak lazim digunakan para peternak. Tujuannya, untuk pengobatan dan memacu pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi pakan. Namun, memberikan antibiotik berlebihan juga sangat berbahaya pada ternak.
Menurut drh. Imron Suandy dari Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner Ditjen Peternakan dan Kesehatan Kementerian Pertanian, antibiotik sering kali diberikan untuk mengobati hewan yang sakit, mencegah hewan sakit, dan untuk pertumbuhan dengan menekan bakteri patogen di saluran cerna hewan ternak. Tapi kalau tidak sesuai, bisa jadi masalah.
“Bisa terjadi resistensi, karena penggunaannya tidak tepat atau berlebihan. Masalahnya, akses mendapat antibiotik juga mudah,”kata Imron dalam acara Media Briefing One Health Approach di Jakarta, akhir April.
Menurut Imron, para peternak bisa membeli antibiotik dengan mudah tanpa resep dokter hewan. Bahkan, para peternak berskala kecil tidak tahu bagaimana menggunakan antibiotik yang tepat pada hewan.
Menurut Imron, untuk mengatasi masalah resistensi antibiotik ini, Kementerian Pertanian mulai melakukan monitor secara regular ke peternakan. Sebab, hewan yang terinfeksi bakteri bisa menjadi kebal terhadap antibiotik, sehingga sulit disembuhkan. Lebih jauh, hal ini berbahaya bagi manusia yang bisa tertular kuman resisten dari ternak.
Susan Maphilindawati Noor dan Masniari Poeloengan dari Balai Penelitian Veteriner, pernah mengadakan penelitian tentang antibiotika pada hewan dan dampaknya pada manusia. Sejak pertama digunakan pada tahun 1950, antibiotika pada hewan terus meningkat penggunaanya.
Bahkan sampai saat ini, Centre Diseases Control (CDC) memperkirakan bahwa 40 persen digunakan di dunia sebagai imbuhan pakan ternak dan memacu pertumbuhan.
Antibiotika yang banyak digunakan biasanya untuk melawan bakteri salmonella dan E-colli. “Namun akan mencemari karkas dan mengakibatkan infeksi pada manusia yang mengonsumsinya,” begitu tulis Susan dan Masniari dalam penelitiannya.
Sayangnya, di Indonesia tidak ada yang akurat tentang tingkat kejadian resistensi antiobitika terhadap bakteri patogen. Padahal, resistensi antibiotika ini akan berujung pada kegagalan pengobatan pada manusia yang mengkonsusmi daging yang memakai antibiotik. Akibatnya, biaya pengobatan makin mahal.
Sumber: vetnews