DOKTERUNGGAS.COM – Memasak telur ayam adalah pekerjaan paling mudah. Siapkan penggorengan, telur bisa diceplok atau didadar. Habis itu siap dihidangkan. Bahkan dalam kondisi terburu-buru, telur ayam sudah lazim jadi menu cepat untuk sarapan. Tidak ribet, hanya butuh waktu 10 menit makanan tersedia.
Tidak heran telur ayam disenangi oleh semua keluarga. Disukai juga oleh semua usia. Dan harganya pun relatif terjangkau. Tapi, di balik itu semua, para peternak sebenarnya berusaha agar produksi telur terus meningkat.
Menurut Dokter Hewan Herwinda Pertiwi, untuk memenuhi permintaan pasar yang tiada habisnya, salah satu jalan ditempuh adalah dengan mengembangkan teknologi pemeliharaan untuk meningkatkan performa produksi ayam. “Salah satunya dengan pengaturan sistem pencahayaan untuk meningkatkan jumlah telur yang dihasilkan setiap harinya,” ujar dokter Herwinda melalui email yang diterima Vetnews.co.
Menurut dokter Herwinda, cahaya penting bagi ayam, yaitu untuk fungsi penglihatan, sintesis vitamin D dan pelepasan hormon. Dan yang tak kalah penting adalah mekanisme pelepasan hormon sudah terjadi sejak awal kehidupan unggas.
Jadi, peternak yang memberikan lampu pada anak-anak ayam yang baru menetas (fase starter), selain berfungsi sebagai penghangat, cahaya lampu tersebut dapat memicu keluarnya hormon pertumbuhan pada anak ayam. Anak ayam pun dapat mengkonsumsi pakan lebih banyak.
Ketika masa pertumbuhan, peran cahaya lebih khusus lagi, selain memicu hormon pertumbuhan, juga merangsang keluarnya hormon reproduksi yang dapat mempercepat atau mencegah tertundanya dewasa kelamin, sehingga ayam dapat segera menghasilkan telur-telur yang berkualitas.
Ketika pemberian pencahayaan dilanjutkan hingga fase produksi (layer), baik melalui cahaya matahari maupun lampu selama lebih dari 12 jam terbukti dapat meningkatkan produksi telurnya hingga 20-35 persen.
Menurut dokter Herwinda, hal ini terjadi karena cahaya yang diterima oleh retina mata mempengaruhi otak unggas, tepatnya pada kelenjar pineal. Hormon melantonin yang dihasilkan oleh kelenjar pineal akan tertahan, sehingga kadarnya dalam plasma darah tidak berlebihan.
Secara alami, jika diperlihara dengan ventilasi pencahayaan yang baik, ayam di daerah tropis seperti Indonesia mendapatkan sekitar 12 jam cahaya matahari. Berdasarkan penelitian, lamanya pencahayaan dapat ditingkatkan hingga 16-17 jam, dengan rincian 12 jam cahaya matahari ditambah 4-5 jam pencahayaan lampu.
“Tapi disarankan tidak sampai 24 jam. Karena ayam juga butuh waktu istirahat,” kata alumni Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga ini.
Sumber : Vetnews