DOKTERUNGGAS.COM – Cacar unggas atau dikenal juga dengan nama Fowl Pox adalah salah satu penyakit unggas yang disebabkan oleh infeksi virus. Cacar unggas telah dikenal sejak lama dan dapat ditemukan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Cacar unggas di Indonesia diketahui telah tersebar di seluruh wilayah Indonesia, kejadian penyakit tergolong sporadis dan sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan di sekitar peternakan.
Agen penyebab cacar unggas adalah virus Pox. Virus ini tidak sama dengan virus cacar pada manusia. Virus penyebab cacar ayam juga diketahui tidak menginfeksi manusia (zoonosis). Terdapat empat strain virus yang memiliki nama sesuai inang yang diserang yaitu virus Fowl Pox yang menyerang ayam, virus Turkey Pox yang menyerang kalkun, virus Pigeon Pox yang menyerang burung merpati, dan virus Canary Pox yang menyerang burung kenari.
Secara umum virus Pox diketahui dapat menginfeksi semua jenis burung dan telah dilaporkan kasus pada lebih dari 60 spesies burung liar yang berasal dari 20 famili. Virus penyebab cacar unggas dapat menyerang segala jenis ayam dan tidak terpaut dengan usia, galur (breed) dan jenis kelamin, kejadian cacar unggas juga lebih banyak terjadi pada musim kemarau daripada musim hujan. Virus Pox adalah virus yang dapat bertahan di lingkungan selama beberapa bulan, bahkan virus mampu bertahan lebih lama pada kerak kulit selama bertahun-tahun.
Kenali penularannya
Cacar unggas adalah penyakit yang mudah menular. Layaknya cacar pada manusia, cacar unggas menyebabkan kerusakan kulit berupa lepuh-lepuh. Dalam lepuh-lepuh biasanya terdapat eksudat yang apabila pecah akan mengeluarkan virus Pox yang merupakan sumber penularan.
Virus tersebut kemudian dapat menempel di bulu, kerak luka yang lepas, peralatan kandang dan dapat terbawa bersama debu kandang sehingga mencemari lingkungan kandang. Kondisi ini dapat diperparah dengan musim kemarau sehingga jumlah debu lebih banyak lagi. Virus yang terdapat di lingkungan dapat menginfeksi ayam sehat, daerah paling peka adalah mulut dan saluran napas atas.
Selain melalui kontaminasi lingkungan, penyakit juga dapat ditularkan melalui kontak langsung antara ayam sakit dan ayam sehat. Serangga juga memiliki peran dalam penularan cacar unggas sebagai vektor mekanik. Beberapa jenis nyamuk seperti Aedes dan Culex telah terbukti dapat menularkan cacar ayam melalui gigitannya, sedangkan jenis serangga lain yang dapat menularkan adalah lalat dan kutu. Pada ayam petelur umumnya menginfeksi pada saat mulai bertelur. Sedangkan pada ayam broiler infeksi dapat terjadi kapan saja, apalagi bila diperparah dengan kejadian imunosupresi.
Perhatikan gejalanya dan cara diagnosisnya
Secara umum, penyakit ini memiliki dua tipe manifestasi klinis, yang pertama adalah tipe kering/dry atau tipe kulit dan yang kedua adalah tipe basah/wet atau biasa disebut tipe difterik. Cacar ayam tipe kulit menyerang jaringan epitel kulit yang tidak tertutup bulu seperti jengger, pial, daerah dekat paruh, kelopak mata, sayap dan kaki. Infeksi virus akan menyebabkan timbulnya kerusakan berupa lepuh yang diawali dengan nodul kecil berwarna kuning lalu pecah dan menimbulkan perubahan permukaan kulit menjadi kasar yang sering diikuti dengan perubahan warna menjadi coklat gelap.
Sedangkan tipe difterik/basah menyerang pada selaput lendir pada saluran pernafasan, menyebabkan timbulnya peradangan seperti bisul yang berwarna kekuningan menyerupai keju. Peradangan dapat menyebar dari saluran pernafasan menuju sinus sehingga wajah ayam membengkak. Ayam dapat mengalami kesulitan pernapasan apabila telah tertimbunnya eksudat keju.
Ayam yang terinfeksi oleh cacar unggas akan mengalami hambatan pertumbuhan yang cukup signifikan, penurunan produktivitas seperti turunnya feed intake pada broiler dan produksi telur yang turun pada ayam layer. Sebagian besar kasus cacar unggas tidak menimbulkan kematian, apalagi jika penyakit hanya terbatas pada kulit saja. Resiko kematian pada ayam dapat meningkat apabila infeksi telah melibatkan saluran napas yang berpotensi menimbulkan asphyxia (tercekik) akibat tersumbatnya saluran napas oleh eksudat difterik.
Pada cacar bentuk kering, angka kesakitan dan angka kematian tergolong rendah yakni sekitar 1-2%, tetapi pada cacar bentuk basah angka kematian bisa mencapai 5% dari total populasi.
Diagnosa cacar unggas sendiri tergolong susah-susah gampang, terkadang peternak yang baru mulai beternak menganggap lesio cacar sebagai luka biasa. Namun sebenarnya jika dilihat lebih mendetail gejala yang muncul sangat terlihat dan mudah dibedakan dengan penyakit lainnya.
Apabila terdapat lepuh-lepuh pada ayam yang mengarah kepada kecurigaan cacar ayam, peneguhan diagnosa dapat dilakukan dengan membuat preparat histopatologi dengan sampel berupa lesio dari lepuh ayam tadi. Pada pengamatan mikroskopik nantinya akan ditemukan badan Bohlinger pada epitel kulit yang sakit.
Pencegahan penyakit
Seperti halnya penyakit viral lainnya, cacar unggas tidak dapat diobati. Oleh karena itu upaya pencegahan merupakan satu-satunya cara untuk mengendalikan penyakit ini. Beberapa langkah pencegahan penyakit cacar ayam antara lain adalah penerapan biosekuriti, manajemen pemeliharaan yang baik dan vaksinasi.
Langkah pertama adalah penerapan biosekuriti. Biosekuriti pada dasarnya adalah pencegahan masuknya patogen dari luar ke dalam kandang ayam dan sebaliknya, melalui penerapan biosekuriti pada kandang ayam diharapkan dapat menimimalisasi terjadinya kejadian penyakit, mengamankan produk pangan asal hewan, memberikan kondisi yang layak bagi hidup ayam dan sebagai bentuk implementasi prinsip kesejahteraan hewan.
Biosekuriti adalah pencegahan yang murah dan efektif. Yang paling sederhana yakni dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu: yang pertama adalah pembatasan lalu lintas atau menutup akses bagi apapun dan melarang apapun untuk masuk sebelum disucihamakan terlebih dahulu. Dalam hal ini pembatasan diterapkan baik untuk manusia (karyawan), kendaraan, dan hewan liar. Kedua adalah isolasi terhadap ayam-ayam yang diduga sakit karena risiko untuk menyebarkan penyakit akan jauh lebih besar jika tidak dipisahkan.
Cara ketiga adalah melakukan sanitasi kandang secara teratur. Sanitasi biasanya dilakukan setelah panen pada ayam broiler dan setelah afkir ayam layer. Sanitasi dilakukan secara menyeluruh sehingga dapat dipastikan tidak tertinggalnya patogen untuk masa pemeliharaan selanjutnya. Lebih penting lagi, istirahat kandang harus dipatuhi, tidak usah terburu-buru dengan kesan “kejar setoran”, yang terpenting kondisi ayam sehat dan performanya prima.
Langkah kedua adalah memperbaiki manajemen pemeliharaan. Langkah ini mencakup manajemen kandang, pakan, dan litter. Ketiga hal di atas sangat mempengaruhi produktivitas ayam. Pada dasarnya manajemen pemeliharaan bertujuan untuk memenuhi lima prinsip kesejahteraan hewan. Ayam yang hidup “sejahtera” akan jauh lebih sehat karena tingkat stres yang terjaga. Kita telah mengetahui bahwa stres akan menyebabkan turunnya kekuatan sistem kekebalan tubuh ayam sehingga ayam lebih mudah terinfeksi patogen seperti virus Pox dan mengalami cacar ayam.
Manajemen litter juga perlu dilakukan untuk menjaga level amoniak di kandang, Apabila amoniak terhirup akan menyebabkan iritasi pada silia pada saluran pernapasan atas, akibatnya infeksi oleh agen infeksi seperti virus Pox akan lebih mudah terjadi.
Langkah ketiga adalah vaksinasi. Cacar ayam dapat dicegah melalui vaksinasi. Di Indonesia tersedia vaksin Pox aktif yang dapat mencegah timbulnya cacar ayam, perlu diperhatikan bahwa penggunaan vaksin aktif hanya terbatas pada ayam yang benar-benar sehat. Vaksinasi dilakukan pada umur ayam 4 minggu dan pada pulet 1-2 bulan sebelum mulai bertelur. Drh. Afdi Pratama, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor.