DOKTERUNGGAS.COM – Pencernaan merupakan proses perubahan yang bersifat mekanis dan kimia yang terjadi dalam saluran pencernaan sampai zat-zat makanan dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Perubahan tersebut dapat berupa penghalusan pakan menjadi partikel yang lebih kecil atau penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Pencernaan pakan pada ruminansia terjadi secara mekanis di dalam mulut yang bertujuan memperkecil ukuran partikel pakan, fermentasi oleh mikroba dalam rumen dan secara kimiawi oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh organ-organ pencernaan pasca rumen.
Lambung ruminansia terdiri atas empat bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Masing-masing bagian memiliki peran dan fungsi yang khusus. Rumen ruminansia terdapat mikroba (bakteri dan protozoa) yang memiliki kemampuan untuk merombak zat pakan secara fermentatif sehingga menjadi senyawa yang berbeda dengan bahan asal. Hasil fermentasi inilah yang menjadi sumber energi utama. Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses fermentasi berlangsung sebelum usus halus, sehingga dapat disajikan ke usus halus dalam bentuk yang mudah diserap.
Keuntungan yang diperoleh dengan adanya proses fermentasi yaitu bakteri rumen dapat memanfaatkan senyawa NPN menjadi protein tubuh; mikrobia rumen dapat mendegradasi selulosa dan hemiselulosa yang tidak dapat dicerna oleh hewan untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi; produk fermentasi dapat disajikan dalam bentuk yang mudah dicerna dan diabsorpsi (Sutardi, 1978); dapat menampung pakan dalam jumlah besar dan pakan dapat diubah menjadi partikel yang lebih kecil; bakteri dalam rumen dapat mensintesis vitamin B dan K.
Bakteri-bakteri yang bertanggung jawab dalam proses fermentasi membentuk asetat, propionat, butirat, CO2 dan H2. Spesies bakteri metanogenik akan menggunakan CO2, H2 dan format untuk membentuk gas metana. Beberapa spesies memproduksi amonia dan asam lemak terbang berantai cabang dari asam-asam amino tertentu dan beberapa mikroba mengeluarkan urease untuk memecah urea sehingga menjadi amonia dan CO2 (Arora, 1995).
Kelestarian proses fermentasi dalam rumen dipengaruhi oleh pH rumen yang dipertahankan oleh saliva agar tidak berubah, kondisi rumen anaerob, suhu rumen konstan, rumen yang berkontraksi akan menambah kontak antara enzim dan substrat, laju pengosongan rumen diatur sedemikian rupa sehingga setiap saat selalu ada isinya. Saliva yang disekresikan oleh ruminansia memiliki fungsi sebagai bufer sehingga larutan dalam rumen mempunyai pH konstan, menstabilkan jumlah cairan dalam rumen dan konsentrasi ion dalam rumen serta gerakan retikulo-rumen yang teratur sehingga memungkinkan kelancaran proses pencernaan dan kondisi anaerob memungkinkan pertumbuhan mikrobia.
Proses pencernaan zat makanan pada ternak ruminansia sangat unik dengan adanya peran mikroba rumen dalam molekul zat makanan dari ransum yang telah dikonsumsinya. Sebagian besar lemak yang masuk ke rumen akan dihidrolisa oleh mikroba rumen untuk selanjutnya dimetabolisasi menjadi bagian lemak tubuh mikroba tersebut. Mikroba rumen memiliki kandungan asam lemak yang berbeda-beda tergantung kepada jenis atau macam mikroba. Dengan demikian dapat diketahui bahwa mikroba rumen memiliki kemampuan untuk mencerna lemak didalam rumen, pertama memecahkan (hidrolisis) lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol, kedua penambahan atom-atom hydrogen ke ikatan rangkap asam-asam lemak tidak jenuh sehingga menjadi asam lemak jenuh (hidrogenasi).
JENIS MIKROBA RUMEN
1.Bakteri Rumen
a. BakteriSelulolitik
Bakteri ini menghasilkan enzim yang dapat menghidrolisis ikatan glukosida ,sellulosa dan dimerselobiosa. Sepanjang yang diketahui tak satupun hewan yang mampu memproduksi enzim selulase sehingga pencernaan selulosa sangat tergantung pada bakteri yang terdapat di sepanjang saluran pencernaan pakan. Bakteri selulolitik akan dominan apabila makanan utama ternak berupa serat kasar. Contoh bakteri selulolitik antara lain adalah :
Bacteriodes succinogenes
Ruminicoccus flavefaciens
Ruminicoccus albus
Cillobacterium cellulosolvens
b. Bakteri Hemiselulolitik
Hemiselulosa berbeda dengan selulosa terutama dalam kandungan pentosa, gula heksosa serta biasanya asam uronat. Hemiselulosa merupakan struktur polisakarida yang penting dalam dinding sel tanaman. Mikroorganisme yang dapat menghidrolisa selulosa biasanya juga dapat menghidrolisa hemiselulosa. Meskipun demikian ada beberapa spesies yang dapat menghidrolisa hemiselulosa tetapi tidak dapat menghidrolisa selulosa. Contoh bakteri hemiselulolitik antara lain :
Butyrivibrio fibriosolven
Bacteriodes ruminicola
c. Acid Utilizer Bacteria (bakteri pemakai asam)
Beberapa janis bakteri dalam rumen dapat menggunakan asam laktat meskipun jenis bakteri ini umumnya tidak terdapat dalam jumlah yang berarti. Jenis lainnya dapat menggunakan asam suksinat, malat dan fumarat yang merupakan hasil akhir fermentasi oleh bakteri jenis lainnya. Asam format dan asetat juga digunakan oleh beberapa spesies, meskipun mungkin bukan sebagai sumber enersi yang utama. Asam oksalat yang bersifat racun pada mamalia akan dirombak oleh bakteri rumen, sehingga menyebabkan ternak ruminansia mampu mengkonsumsi tanaman yang beracun bagi ternak lainnya sebagai bahan makanan. Beberapa spesies bakteri pemakai asam laktat yang dapat dijumpai dalam jumlah yang banyak setelah ternak mendapatkan tambahan jumlah makanan butiran maupun pati dengan tiba-tiba adalah :
Peptostreptococcus bacterium
Propioni bacterium
Selemonas lactilytica
d. Bakteri Amilolitik
Beberapa bakteri selulolitik juga dapat memfermentasi pati, meskipun demikian beberapa jenis bakteri amilolitik tidak dapat menggunakan atau memfermentasi selulosa. Bakteri amilolitik akan menjadi dominan dalam jumlahnya apabila makanan mengandung pati yang tinggi, seperti butir-butiran. Bakteri amilolitik yang terdapat di dalam rumen antara lain :
Bacteriodes amylophilus
Butyrivibrio fibrisolvens
Bacteroides ruminicola
Streptococcus bovis
e. Sugar Untilizer Bacteria (bakteri bukan pemakai gula)
Hampir semua bakteri pemakai polisakarida dapat memfermentasikan disakarida dan monosakarida. Tanaman muda mengandung karbohidrat siap terfermentasi dalam konsentrasi yang tinggi yang segera akan mengalami fermentasi begitu sampai di retikulo-rumen. Ke semua ini merupakan salah satu kelemahan/kerugian dari sistem pencernaan ruminansia. Sebenarnya gula akan lebih efisien apabila dapat dicerna dan diserap langsung di usus halus.
f. Bakteri Proteolitik
Bakteri proteolitik merupakan jenis bakteri yang paling banyak terdapat pada saluran pencernaan makanan mamalia termasuk karnivora (carnivora). Di dalam rumen, beberapa spesies diketahui menggunakan asam amino sebagai sumber utama enersi. Beberapa contoh bakteri proteolitik antara lain :
Bacteroides amylophilus
Clostridium sporogenes
Bacillus licheniformis
g. Bakteri Methanogenik
Sekitar 25 persen dari gas yang diproduksi di dalam rumen adalah gas methan. Bakteri pembentuk gas methan lambat pertumbuhannya. Contoh bakteri ini antara lain:
Methanobacterium ruminantium
Methanobacterium formicium
h. Bakteri Lipolitik
Beberapa spesies bakteri menggunakan glycerol dan sedit gula. sementara itu beberapa spesies lainnya dapat menghidrolisa asam lemak tak jenuh dan sebagian lagi dapat menetralisir asam lemak rantai panjang menjadi keton. Enzim lipase bakteria dan protozoa sangat efektif dalam menghidrolisa lemak dalam chloroplast. Contoh bakteri lipolitik antara lain:
Anaerovibrio lipolytica
Selemonas ruminantium var. Lactilytica
Bakteri Ureolitik
2. PROTOZOA RUMEN
Sebagian besar protozoa yang terdapat di dalam rumen adalah cilliata meskipun flagellata juga banyak dijumpai. Cilliata ini merupakan non pathogen dan anaerobic michroorganism. Pada kondisi rumen yang normal dapat dijumpai ciliata sebanyak 105 -106 sel per ml isi rumen. Dari hasil serangkaian studi, diperoleh informasi bahwa ciliata diduga mempunyai peranan sebagai sumeber protein dengan keseimbangan kandungan asam amino yang lebih baik dibandingkan dengan bakteri sebagai makanan ternak ruminansia. Selain itu ciliata/protozoa juga menelan partikel-partikel pati sehingga memperlambat terjadinya fermentasi. Sepanjang hanya spesies tertentu dari ciliata ini yang mampu mencerna selulosa dengan hasil akhir berupa asam lemak terbang (VFA). Meskipun telah lama dipelajari, ciliata masih merupakan organisme yang rumit untuk diidentifikasikan secra tegas, karena organisme ini tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan hewan bersel tunggal lainnya. Ciliata rumen dapat dibedakan menjadi 3 ordo yaitu:
Ordo Prostomatida
Ordo Trichostomatida
Ordo Entodiniomorphida
3. JAMUR RUMEN
Sampai dengan tahun 1977 jamur rumen masih belum banyak menarik perhatian para ahli untuk menelitinya. Clarke (1977) misalnya dalam salah satu bab yang berjudul ‘”The Gut and Its Microorganisms” hanya menyebut ragi (yeast) dan kapang (moulds) sebagai jamur dan dijumpai rumen. Demikian pula disebutkan bahwa kedua jenis jamur tersebut hanya lewat/singgah ( = transients) di saluran pencernaan hewan ruminansia. Hal ini dibuktikan bahwa pembiakan kedua jenis jamur tersebut dengan simulator kondisi di dalam rumen tidak menghasilkan pertumbuhan.