Harga jagung semakin mahal, di Kudus, Jawa Tengah Rp 3.500,-/kg, kadar air tidak tahu persisnya, dan barangnya semakin langka. Seiring memasuki musin hujan, panas matahari kurang, maka jagung yang beredar di pasaran kurang kering, kadar airnya relatif tinggi. Maka, rawan akan pertumbuhan jamur sehingga kadar toksin dari jamur akan meningkat.
Di farm saya, muncul lah problem produksi turun sampai 3%. Setelah saya lakukan pembedahan terhadap ayam yang sakit, diagnosa satu-satunya adalah Necrotic Enteritis (N.E), walau pun baru tahap dini. Padahal tidak ada infestasi cacing pita dan tidak ada ND pencernaan sebagai pemicu munculnya N.E. Maka, hipotesa saya pemicu munculnya N.E adalah akibat mikotoksin dari jagung.
Bila terlambat mendiagnosa dan terlambat melakukan tindakan, 5 – 7 hari saja, maka bisa dipastikan problem turun produksi akan berlarut-larut dan bahkan ada resiko infeksi sekunder yang memperparah sakitnya ayam. Produksi telur bisa drop 10 – 20%. Jeleknya lagi, mikotoksin yang berkepanjangan akan menyebabkan “immuno-suppresive”. Kekebalan menjadi rontok.
Tindakannya :
1. N.E-nya diobati pakai Amoksisilin murni, via pakan dengan dosis 500 gram/ton pakan, selama 5 hari;
2. Terapi pendukung (supportive), premix multi vitamin dan multi mikro mineral, dosisnya digandakan. Biasanya pakai 250 gram/ton pakan menjadi 500 gram/ton pakan, selama 5 hari;
3. Untuk melakukan pencegahan supaya N.E tidak muncul lagi, maka saya tambahkan bahan pengikat toksin (toxin binder) dengan dosis 3 kg/ton (dosis maksimum). Biasanya pakai dosis hanya 1 kg/ton (dosis minimum);
4. merubah formula pakan, dosis pemakaian jagung dikurangi dari 55 – 56% menjadi 50%, pemakaian minyak goreng ditingkatkan untuk mencukupi kebutuhan kalori supaya nilai gizi pakan tetap seimbang. Kekurangan pigmen akibat dosis jagung dikurangi, digantikan pakai Corn Gluten Meal (C.G.M);
Catatan :
Setelah tindakan pengobatan 5 hari, HD sudah naik lagi dari 81% menjadi 84% kembali.
www.DokterUnggas.com