Kisah Inspiratif Peternak Ayam Sukses Dari Indonesia Kerja di Korea Selatan

DOKTERUNGGAS.COM – Kali ini kami mengangkat Kisah Sukses Peternak ayam, Pekerja Dari Indonesia yang bekerja di Korea Selatan. Beliau Bernama Bapak Heru.

Pertama, Kenali Dulu Sosok Mas Heru

Mungkin ada yang menganggap bahwa seorang purna PMI Korea yang akhirnya balik lagi ke Korea berarti dia gagal. Bisa iya, bisa pula tidak. Semua tergantung konteks dan alasan masing-masing. Mas Heru pun termasuk purna PMI yang akhirnya balik lagi ke Korea setelah sempat bekerja di Korea dalam kurun 2007-2012 lalu. Jika akhirnya kini dia berada Korea lagi semenjak April 2017, apakah alasannya? Dengan terus terang, dia merasa perlu modal tambahan untuk bisnis budidaya ayam kampungnya.

Dari sini saja, pasti banyak pembaca yang berpikiran macam-macam. Mungkin ada yang mengangguk-angguk karena pernah mengalami hal serupa. Ada yang merasa lega karena tak harus seperti itu. Ada memahami, ada pula yang mungkin gagal paham. Wajar.

Berangkat dari situlah, tulisan ini pertama-tama akan mengupas seberapa besarkah bisnisnya mas Heru ini sehingga dia merasa perlu tambahan modal. Kedua, mengupas tentang sosok mas Heru sendiri—yang diharapkan justru menjadi sari pati kisah ini. Secara khusus, inti kisah ini akan mencermati bagaimanakah mas Heru memaknai kedatangannya di Korea kali ini? Terakhir, adakah hal-hal lain yang ingin dicapai mas Heru dalam periode kedua kalinya dia di Korea?

Pertama, Kita Intip Ayam-Ayam Kampungnya Dulu

Dengan modal awal pembuatan kandang senilai Rp 60 juta, kini mas Heru memiliki kandang ayam yang mampu menampung 5.000 (lima ribu) ekor. Jadi bisa dikatakan urusan kandang lancar. Bagaimana dengan bibit ayamnya sendiri? Tak mungkin mas Heru mengambili ayam-ayam kampung milik tetangganya. Benar, kan? Untuk urusan penyediaan bibit ayam kampung plus pakannya, mas Heru harus merogoh kocek sebesar Rp 18 juta per 1.000 (seribu) ekornya. Jadi, bisa dikatakan dia perlu modal segede Rp 90 juta untuk bibit dan pakannya saja. Suatu jumlah yang fantastis. Namun demikian, dengan masa pemeliharaan selama kurang lebih 2 bulan saja, maka keuntungan bersih sudah bisa dicapai olehnya.

kisah sukses pak heru peternak ayam korsel

Memang, jarang ada suatu bisnis yang bisa langsung seperti membalikkan telapak tangan dalam urusan kembalinya modal. Untuk itulah, di sela membudidayakan bibit ayam kampung, mas Heru pun di waktu yang sama juga melakukan usaha lain terkait ayam kampung, yaitu penetasan atau pembibitan ayam kampung itu sendiri. Jika awalnya dia yang harus beli bibit, kini dia pun akhirnya bisa menjadi pemasok bibit ayam kampung.

Dari segi bisnis penetasan, kini mas Heru dengan bangga memberitakan bahwa kini ada 4 unit mesin yang tiap mesinnya berkapasitas 5.000 butir telur untuk ditetaskan. Lagi-lagi dengan modal yang cukup besar, yaitu Rp 25 juta per satu mesin, dia pun siap menantang dirinya untuk semakin gigih mengembangkan bisnisnya ini. Ngomong-ngomong, mesin penetasan, berarti dia pun perlu telur-telur yang siap ditetaskan. Untuk itulah, dia menyisihkan Rp 10 juta untuk mengisi 5.000 (lima ribu) telur termasuk biaya transportasinya. Dalam masa penetasan 21 hari, dia pun siang memanen hasilnya, yaitu bibit-bibit ayam kampung yang siap dia gunakan sendiri maupun dia jual ke pasaran. Memang, tak semua butir telur akan menetas sempurna menjadi anak ayam. Namun, rata-rata keberhasilan penetasan adalah sekitar 50% atau sekitar 2.500 ekor.

Di atas kertas, semua nampak mulus. Namun, kendala tetaplah ada. Terlebih modal yang dipakai oleh mas Heru bukanlah dari uang pribadi semuanya alias sebagian dari bank. Pernah pula dia ditipu oleh konsumennya yang akhirnya memaksanya mau tak mau harus memutar otak untuk mengembalikan modalnya. Kembali ke Korea adalah sebuah jalan yang dia tempuh kembali untuk itu.

Kedua, Bagaimana Mas Heru Memaknai Kali Keduanya di Korea?

Sebenarnya Mas Heru tak punya keinginan untuk datang lagi ke Korea. Sebagian besar purna PMI Korea pastilah memiliki niat dan cita-cita untuk mengabdikan dirinya di negeri sendiri begitu mereka menyelesaikan kontrak kerjanya di Korea. Namun, berbagai situasi dan kondisi memaksa mereka untuk mau tak mau datang lagi ke negeri Ginseng ini.

Dengan bekal pengalaman pertamanya di Korea, mas Heru memandang dan memaknai hidupnya di Korea kali ini dengan kacamata yang berbeda. Jika dulu dia selalu bingung, bingung, dan bingung mau apa setelah balik dari Korea, kini rasanya dia ingin palli-palli pulang saja. Memang, jika berada di Blitar, kampung halamannya, dia pastinya akan sibuk memikirkan peternakan ayamnya dari A sampai Z. Kini di Korea, dia hanya datang dan pergi ke pabrik dan menunggu gajian saja. Perbedaan besarnya, dia tak bisa berkumpul dengan keluarga—dan inilah hal terberat yang dia rasa.

Untuk itulah, melihat senyum manis anak-anaknya serta mendapatkan sambutan hangat istrinya walaupun lewat dunia maya adalah sesuatu yang membuatnya bahagia saat ini. Apalagi, jika dia benar-benar bersama mereka, pastinya rasa lelah seharian hilang seketika. Kini, dia harus bersabar hingga masa kontraknya habis dan hingga modal tambahan yang dia harapkan tercukupi. Namun, “cukup” itu seberapa besarkah?

Jika kita sendiri tak tahu, maka Korea bisa-bisa menjadi tumpuan selama-lamanya dan itu tak masuk akal. Untuk itulah, niat mas Heru pun bulat untuk tidak menyimpang dari tujuan awal.

Ketiga, Apa Sih yang Masih Ingin Dicapainya?

Dengan keberadaannya di Korea, tentu saja mas Heru tak bisa memantau langsung perkembangan ayam-ayam kampungnya. Terlebih, pengelolaan mesin penetasan memang memerlukan kejelian dan ketekunan yang tinggi—kata dia sendiri. Untuk itulah, dia bekerja sama dan membagi tugas dengan istrinya yang harus berjuang menjalankan budidaya di rumahnya. Itu pun, dia harus pintar-pintar menyesuaikan waktu antara Indonesia dan Korea—dan lagi-lagi itulah yang bikin dia ingin segera pulang ke Blitar.

Begitu dia pulang nanti, dia punya 2 cita-cita. Pertama, dia ingin segera memperbesar bisnisnya dari membuat indukan ayam, penetasan, pembesaran, hingga pengelolaan daging yang siap konsumsi. Jika diberi kesempatan, dia pun ingin membuka warung kuliner berbagai macam olahan ayam kampung dari hasil budidayanya sendiri. Kedua, dia ingin menjadikan tempatnya berbudidaya ayam kampung sebagai sekolah purna PMI yang ingin belajar darinya tentang berbisnis ayam kampung. Dia ingin membagikan ilmunya kepada siapa pun yang ingin mau bersamanya membuka ladang-ladang rejeki di negeri sendiri. Ternyata, itulah cita-cita mas Heru yang masih ingin dia wujudkan begitu dia “lulus” dari Korea.

Kini, walaupun raganya berada di Korea, namun separoh jiwanya sudah dan selalu berada di Kelurahan Kamulan, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar—tempat keluarga dan bisnis ayam kampungnya dijalankan. Maka, tak bisa dipungkiri bahwa cepat-cepat pulang adalah yang dia inginkan. Namun, dia sadar, bahwa dia harus menyelesaikan tugasnya kedua (dan terakhir!) kali di Korea demi perbaikan masa depan keluarga dan sekitarnya. (Sumber: KBRI Seoul)

Ingin Mengikuti jejak Pak Heru Berbisnis ayam Sukses ? Silahkan KLIK DI SINI

Salam Sukses !

DokterUnggas.com

 

About dokter unggas

CV.Gavin Corporation adalah perusahaan penyedia produk peternakan unggas terbesar di Indonesia. kami menyediakan berbagai macam, peralatan kandang close house dan memberikan tips cara meningkatkan bobot broiler Hubungi Hp 0856 55 28 11 14

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *