Mengobati Penyakit Ayam, Harus Paham Hal ini

grafik kadar obat dalam tubuhDOKTERUNGGAS.COMBerbagai macam obat sudah lazim digunakan dalam dunia perunggasan guna mengatasi penyakit yang menyerang ayam. Jenis obat yang umum digunakan antara lain antibiotik (antibakterial), anthelmintik (obat cacing) dan antiprotozoa. Merk yang beredar pun beragam.

Yang sering menjadi masalah ialah masih awamnya beberapa peternak tentang zat aktif obat. Di lapangan seringkali praktek pengobatan kurang tepat. Contohnya dosis obat berlebih atau kurang, pemberiannya tidak merata, atau lama pemberian obat tidak sesuai dengan aturan pakai. Efeknya, penyakit tidak kunjung sembuh dan produktivitas ayam terganggu. Efek lain terjadi resistensi antibiotik golongan tertentu. Lalu bagaimana penggunaan obat yang bijak dan tepat itu? Berikut akan kami bahas.

Prinsip Pengobatan

Setelah kita mengetahui jenis-jenis obat yang biasa diberikan pada ayam, kita juga perlu tahu apa saja prinsip pengobatan yang harus kita patuhi. Prinsip pengobatan tersebut ialah:

1)  Obat sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang

Setiap obat mempunyai efek yang berbeda dan spesifik terhadap setiap penyakit. Hal pertama yang perlu diingat ialah bahwa untuk menentukan obat yang sesuai, harus didukung dengan diagnosa yang tepat. Selanjutnya pilih jenis obat sesuai dengan karakteristik mikroorganisme yang menyerang.

Misalnya pada kasus CRD, tidak semua obat dapat digunakan untuk mengatasi serangan CRD. Contohnya pemberian Ampicol atau Amoxitin tidak dapat mengatasi serangan CRD. Hal ini disebabkan bakteri CRD, Mycoplasma gallisepticum tidak mempunyai dinding sel yang berperan sebagai reseptor zat aktif kedua antibiotik tersebut. Sebaliknya, obat yang cocok untuk mengobati penyakit CRD ialah CRD PLUS

 2)  Obat mampu mencapai lokasi kerja atau organ sakit

Obat yang diberikan harus mampu mencapai target organ, lokasi kerja atau organ yang sakit sehingga obat bisa berkerja secara tepat dan optimal. Pemilihan rute pengobatan menjadi hal penting untuk memastikan obat dapat mencapai organ atau lokasi kerja yang diinginkan.

Untuk mengobati penyakit infeksi pernapasan yang parah dengan efek pengobatan yang segera, rute parenteral (suntikan atau injeksi) menjadi pilihan utama. Namun bila tidak tersedia sediaan parenteral, maka sediaan oral melalui cekok atau air minum dengan kandungan obat yang memiliki efek sistemik dapat menjadi alternatif pilihan. Salah satu contohnya obat dari golongan fluoroquinolon. Melalui pemilihan dan pengaplikasian rute pengobatan yang benar akan meminimalisasi kemungkinan obat rusak maupun tereliminasi dari tubuh ayam sebelum mencapai organ target.

3)  Obat tersedia dalam kadar yang cukup

Obat akan menghasilkan efek pengobatan yang optimal saat konsentrasi atau kadarnya di dalam tubuh ayam mencapai kadar Minimum Effective Concentration (MEC). Sebelum obat mencapai kadar MEC, obat tidak akan bekerja menghasilkan efek pengobatan. Kecepatan obat dapat mencapai kadar MEC dan memberikan efek pengobatan tergantung pada rute pemberian obatnya.

Obat yang diberikan secara injeksi/suntikan lebih cepat melewati juga batas MEC dibandingkan pemberian obat secara oral (lihat Grafik 1). Yang perlu diperhatikan lagi, kadar obat di dalam tubuh jangan sampai melampaui batas MTC (Minimum Toxic Concentration) atau kadar toksik minimal. Bila melewati batas tersebut, maka fungsi obat yang seharusnya memiliki efek mengobati malah memberikan efek racun atau toksik bagi tubuh. Oleh karena itu, dosis ditentukan berdasarkan therapeutic range, yang merupakan konsentrasi dimana obat berefek dalam batas yang aman (batas MEC) dan tidak toksik (di bawah MTC), jadi sangat penting untuk mengikuti dosis yang telah dianjurkan.

4)  Obat berada dalam waktu yang cukup

Secara alami, kadar obat di dalam tubuh akan berkurang dalam jangka waktu tertentu. Ada parameter penting yang berhubungan dengan kecepatan eliminasi obat, yaitu waktu paruh. Waktu paruh yang diberi simbol T1/2 merupakan waktu yang diperlukan tubuh untuk mengeliminasi obat sebanyak 50% dari kadar semula. Obat dengan T1/2 pendek akan berada di dalam tubuh lebih singkat dibanding dengan yang mempunyai T1/2 panjang.

Pada aplikasinya, obat dengan T1/2 pendek perlu diberikan dengan interval waktu lebih pendek, misalnya diberikan 2-3 kali sehari untuk mempertahankan kadar efektif di dalam darah. Duoko dan Erysuprim merupakan antibiotik dengan T1/2 yang panjang sedangkan antibiotik lainnya seperti Doxyvet, Amoxitin memiliki T1/2 nya pendek.

Oleh karena itu, pemberian antibiotik sebaiknya diberikan dalam dosis terbagi, yaitu dalam sehari dua kali pagi-siang dan siang-sore. Berikut contoh perhitungan dan pembagian dosis antibiotik Amoxitin yang diberikan selama 5 hari berturut-turut.

Misalnya populasi ayam 1000 ekor dengan berat badan rata-rata ayam 1 kg. Maka kebutuhan Amoxitin per hari ialah 

= Populasi x Berat Badan x Dosis Obat

= 1000 ekor x 1 kg x 0,1 gram tiap kg BB

= 100 gram/hari

Maka kebutuhan selama 5 hari pengobatan ialah 5 x 100 gram = 500 gram.

Amoxitin kemudian diberikan pagi-siang (jam 07.00-13.00) sebanyak 50 gram dilarutkan dalam air minum kebutuhan selama 6 jam, dan 50 gram berikutnya diberikan siang-sore (jam 13.00-19.00). Malam hari dapat diberikan air minum saja maupun ditambahkan dengan vitamin.

Perlu Dihindari

Saat ini program sanitasi/desinfeksi air di lapangan sudah umum dilakukan guna menekan cemaran mikroorganisme di dalamnya. Namun permasalahan muncul saat ada kejadian penyakit di peternakan yang mengharuskan kita memberikan obat lewat air minum.

Pemberian obat, terutama melalui air minum sebaiknya tidak dicampur dengan desinfektan. Hal ini karena pencampuran tersebut akan menurunkan efektivitas atau bahkan merusak obat.

Ada baiknya, untuk mengetahui perlu tidaknya dilakukan desinfeksi air minum, peternak perlu mengujikan kualitas air minum yang diberikan ke ayam melalui uji laboratorium. Dalam hal ini, Medion menyediakan fasilitas untuk pengujian kualitas air minum dengan parameter kualitas fisik/visual, kimia maupun biologi.

Teknik pengobatan bukan hanya satu-satunya faktor kesembuhan penyakit tapi perlu ditunjang pula dengan ketepatan diagnosa, manajemen pemeliharaan yang tepat dan biosecurity yang ketat. Oleh karena itu, bila cara pemberian obat yang baik sudah diterapkan namun penyakit tak kunjung sembuh, sebaiknya konsultasikan lebih lanjut dengan dokter hewan atau tenaga lapangan untuk memastikan penyebab ketidakberhasilan pengobatan. Karena pengobatan merupakan seni yang memerlukan pembelajaran, keterampilan maupun pengalaman. Semoga sukses!

 DOKTERUNGGAS.COM

About dokter unggas

CV.Gavin Corporation adalah perusahaan penyedia produk peternakan unggas terbesar di Indonesia. kami menyediakan berbagai macam, peralatan kandang close house dan memberikan tips cara meningkatkan bobot broiler Hubungi Hp 0856 55 28 11 14

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *