Pengobatan ayam yang benar

Pemberian obat pada ayam yang terserang penyakit adakalanya memberikan hasil yang kurang memuaskan. Meskipun kita telah merasa yakin bahwa jenis obat yang kita berikan sesuai dengan penyakit yang menyerang. Tidak menutup kemungkinan juga, kita berasumsi bahwa kualitas obat yang diberikan tidak baik.

Keberhasilan pengobatan dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karenanya pengobatan lebih cocok disebut sebagai seni daripada teknik pengobatan.

Prinsip Pengobatan

Prinsip pengobatan menjadi parameter yang harus diketahui dan dipahami saat kita melakukan pengobatan. Penerapan salah satu prinsip pengobatan ini yang kurang sesuai akan berpengaruh pada tingkat keberhasilan pengobatan, tidak menutup kemungkinan akan mengakibatkan kegagalan pengobatan. Jenis obat yang sesuai dengan penyakit, obat mampu mencapai lokasi kerja atau organ sakit, obat tersedia dalam kadar yang cukup dan obat berada dalam waktu yang cukup menjadi 4 prinsip pengobatan.

  • Obat sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang

Setiap obat mempunyai efek yang berbeda dan spesifik terhadap setiap penyakit. Pemilihan obat yang tepat menjadi tahapan pertama yang menentukan keberhasilan pengobatan. Bagaimanapun baiknya cara pemberian obat, tetapi bila kita salah dalam memilih jenis obat, maka bukan suatu keniscayaan efek pengobatan tidak akan optimal.

Pemilihan obat untuk mengatasi CRD harus disesuaikan dengan sifat Mycoplasma gallisepticum yang tidak memiliki dinding sel

Tidak semua obat dapat digunakan untuk mengatasi serangan CRD. Contohnya pemberian ampisilin atau amoksilin tidak dapat mengatasi serangan CRD. Hal ini disebabkan bakteri CRD, Mycoplasma gallisepticum tidak mempunyai dinding sel yang berperan sebagai reseptor ampisilin. Sebaliknya, obat yang cocok untuk mengobati penyakit CRD ialah doksisiklin yang memiliki kemampuan menghambat sintesis protein pada reseptor yang terdapat pada M. gallisepticum (ribosom 30S).

  • Obat mampu mencapai lokasi kerja atau organ sakit

Obat yang diberikan harus mampu mencapai target organ, lokasi kerja atau organ sakit sehingga obat bisa berkerja secara tepat dan optimal. Pemilihan rute pengobatan menjadi hal yang penting untuk memastikan obat dapat mencapai organ atau lokasi kerja yang diinginkan. Untuk mengobati penyakit infeksi pernapasan yang parah dengan efek pengobatan yang segera maka rute parenteral, secara suntikan atau injeksi menjadi pilihan utama. Namun bila tidak tersedia sediaan parenteral maka sediaan oral melalui cekok atau air minum dengan kandungan obat yang memiliki efek sistemik dapat menjadi alternatif pilihan, seperti obat dari golongan fluoroquinolon atau penisilin.

 

Aplikasi obat hendaknya dilakukan secara tepat agar bisa mencapai target organ

Melalui pemilihan dan pengaplikasian rute pengobatan yang benar akan meminimalisasi kemungkinan obat rusak maupun tereliminasi dari tubuh ayam sebelum mencapai organ target.

  • Obat tersedia dalam kadar yang cukup

Obat akan menghasilkan efek pengobatan yang optimal saat konsentrasi atau kadarnya di dalam tubuh ayam mencapai kadar minimum atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC). Sebelum obat mencapai kadar MIC, obat tidak akan bekerja menghasilkan efek pengobatan.

Kadar obat di dalam tubuh dipengaruhi oleh kondisi alamiah tubuh ayam sendiri, dimana ayam mempunyai respon yang berbeda terhadap obat yang dimasukkan ke dalam tubuhnya. “Nasib” obat di dalam tubuh ayam dapat diketahui melalui uji farmakokinetik. Hasil uji farmakokinetik tersebut digunakan oleh apoteker dan dokter hewan sebagai dasar penentuan dosis sehingga obat dapat mencapai organ target dalam jumlah yang cukup melalui rute pengobatan tertentu.

  • Obat berada dalam waktu yang cukup

Secara alami, kadar obat di dalam tubuh akan berkurang dalam jangka waktu tertentu. Ada parameter penting yang berhubungan dengan kecepatan eliminasi obat, yaitu waktu paruh.

Waktu paruh yang diberi simbol T1/2 merupakan waktu yang diperlukan tubuh untuk mengeliminasi obat sebanyak 50% dari kadar semula. Obat dengan T1/2 pendek akan berada di dalam tubuh lebih singkat dibanding dengan yang mempunyai T1/2 panjang. Pada aplikasinya, obat dengan T1/2 pendek perlu diberikan dengan interval waktu lebih pendek, misalnya diberikan 2-3 kali sehari untuk mempertahankan kadar efektif di dalam darah. Sulfadimethoxine dan sulfamonomethoxine merupakan antibiotik dengan T1/2 yang panjang sedangkan antibiotik lainnya seperti tetrasiklin, penisilin memiliki T1/2 yang pendek.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *